Day 5 – Kuta – siang itu jadwal kami cukup padat, city tour Denpasar dari pagi membuat perut mulai protes. Saya duduk di bangku belakang mobil, sambil melihat jam dan mulai menghitung jarak ke Ubud. Lapar, perlu cepat, tapi rasanya sayang kalau hanya berhenti di fast food yang ada di pinggir jalan. Di momen itulah saya memutuskan: sekalian saja melipir ke Ubud dan makan siang di Nasi Ayam Kedewatan Bu Mangku, salah satu legenda nasi ayam Bali yang sudah lama masuk daftar “harus dicoba” saya.
Begitu mobil berbelok ke arah Kedewatan, rasanya seperti pindah suasana. Dari ramainya pusat kota ke area yang lebih hijau dan tenang. Di kepala saya cuma ada satu harapan: semoga antreannya masih waras dan nasi ayamnya cukup “cepat saji” untuk perut yang sudah mulai keroncongan.
Kenapa Saya Akhirnya Melipir ke Nasi Ayam Kedewatan Bu Mangku Ubud
Ada banyak opsi makan siang di rute Kuta–Denpasar–Ubud, tapi Nasi Ayam Kedewatan Bu Mangku ini punya beberapa alasan kuat untuk disinggahi. Pertama, tempat ini termasuk salah satu pelopor nasi ayam khas Bali yang sudah ada sejak era 1960-an, jadi bukan nama baru yang tiba-tiba viral lalu hilang begitu saja.
Kedua, menunya fokus: nasi ayam khas Bali dengan set lauk yang cukup komplet. Biasanya satu porsi berisi nasi putih, ayam suwir berbumbu, potongan ayam betutu atau ayam goreng, sate lilit, telur pindang, lawar sayur, kacang goreng, sedikit kulit ayam atau jeroan goreng, plus sambal merah yang pedasnya menggugah.
Ketiga, buat kamu yang bawa mobil, area parkir di cabang Ubud ini relatif lega untuk ukuran resto populer. Di jam makan siang, mobil dan motor memang ramai, tapi masih tertata dan tidak bikin emosi naik sebelum makan.
Dan terakhir, karena saya memang lagi butuh makan siang yang khas, lengkap, tapi juga cepat. Jadi tiga kata itu—khas, lengkap, cepat—sudah saya titipkan duluan dalam kepala sebelum turun dari mobil.
Baca juga : Ngopi Pagi di Seniman Coffee Studio Ubud: Kopi, Pastry, dan Suasana Santai Sebelum Keliling Museum 2025

Suasana Warung: Rumahan Tapi Tertata – Nasi Ayam Kedewatan Bu Mangku Ubud
Angin siang dari arah halaman cukup membantu mengimbangi udara Bali yang sering terasa gerah. Di beberapa meja, saya melihat keluarga yang datang rombongan, ada juga rombongan teman kantor yang sepertinya lagi makan siang di sela meeting. Ini tanda bagus: kalau tempat makan digemari keluarga dan orang lokal, biasanya rasanya bisa diandalkan.
Karena datang sekitar jam 12.30, suasana sudah ramai tapi masih terkendali. Suara sendok garpu beradu dengan piring, obrolan santai, dan aroma bumbu ayam khas Bali bercampur wangi lawar dan sambal yang naik pelan-pelan dari dapur. Buat saya, ini tipe tempat makan yang nggak kaku, tapi tetap rapi dan nyaman.
Pengalaman Makan Seporsi Nasi Ayam Bali
Rasa dan Tekstur di Satu Piring
Saya pesan satu porsi nasi ayam spesial dan satu porsi yang pedasnya diminta sedikit dikurangi untuk dicicip anak. Dalam beberapa menit, datanglah piring rotan beralas daun pisang berisi nasi putih dan lauk yang mengelilinginya dengan rapi.
Di satu piring, kamu akan menemukan:
- Ayam suwir berbumbu yang lembut, bumbunya meresap, cenderung gurih pedas dengan aroma rempah.
- Telur pindang yang dibelah dua, bagian kuning telurnya masih lembut dan sedikit creamy.
- Kacang tanah goreng yang renyah, jadi teman mengunyah di sela-sela suapan nasi dan lauk.
Sambalnya? Tipe sambal merah dengan irisan cabai yang cukup terlihat jelas. Di suapan pertama, saya langsung merasakan pedas yang naik pelan tapi konsisten, bukan yang langsung “menampar”, jadi masih enak diikuti dengan suapan berikutnya. Pedasnya ini yang bikin seporsi nasi ayam terasa hidup, apalagi kalau kamu suka makanan dengan karakter kuat.
Secara rasa, seporsi nasi ayam ini cenderung gurih pedas dengan sentuhan manis tipis, khas masakan rumahan Bali. Tidak ada satu komponen yang terlalu dominan; semuanya terasa saling mengisi.
Proses Pesan–Tunggu–Saji yang Cukup Gesit-Nasi Ayam Kedewatan Bu Mangku Ubud
Karena perut sudah lapar dari city tour Denpasar, salah satu kekhawatiran saya adalah waktu tunggu. Untungnya, di sini sistemnya sudah cukup tersistem: kamu pesan, bayar, lalu menunggu di meja.
Siang itu, waktu tunggu sekitar 10–15 menit sampai piring tiba di meja. Untuk jam sibuk makan siang, menurut saya ini masih sangat masuk akal—Tidak terlalu lama untuk kamu yang lagi ngejar itinerary, tapi juga tidak terlalu cepat sampai kamu curiga makanannya sudah dingin.
Total durasi saya di lokasi kurang lebih 40–50 menit: cukup untuk makan santai, minum, dan foto-foto sedikit tanpa merasa dikejar waktu. Untuk kamu yang sedang dalam perjalanan dari Kuta menuju Ubud atau sebaliknya, slot waktu ini masih aman banget untuk disisipkan di tengah agenda.
Oh ya, nasi ayam di sini paling enak dinikmati saat siang, ketika matahari sudah tinggi dan energi kamu mulai turun. Seporsi nasi ayam yang hangat dengan sambal pedas cukup membantu mengembalikan semangat sebelum lanjut jalan lagi.
Lihat Lokasi : Googlemaps

Informasi Praktis Buat Kamu yang Lagi Keliling Bali
Bagian ini penting buat kamu yang tipe “planner” dan tidak mau itinerary berantakan hanya karena urusan makan siang.
- Enak dimakan saat: siang hari, apalagi setelah jalan lumayan jauh.
- Jam ramai: sekitar 12.00–14.00, saat orang-orang mulai cari makan siang. Datang sedikit sebelum atau sesudah jam ini bisa mengurangi risiko antre panjang.
- Parkir motor/mobil: area parkirnya luas untuk pelanggan, jadi cukup nyaman buat rombongan yang bawa mobil.
Buat kamu yang baru pertama kali ke Ubud, lokasi ini juga relatif mudah dicari karena berada di jalur yang cukup populer untuk wisatawan.
Ngobrol Singkat dengan Karyawan Nasi Ayam Kedewatan Bu Mangku Ubud: Biar Nggak Salah Pesan
Saya sempat ngobrol singkat dengan salah satu karyawan yang sedang mengatur pesanan. Dari obrolan ini, ada beberapa hal yang menurut saya berguna banget buat kamu:
- Pedas bisa diatur
Kalau kamu kurang tahan pedas atau bawa orang tua/anak, kamu bisa minta sambalnya dipisah atau pedasnya dikurangi. Mereka sudah cukup terbiasa dengan permintaan seperti ini, jadi jangan sungkan untuk bilang dari awal. - Ada opsi porsi anak
Untuk anak yang makannya tidak terlalu banyak, kamu bisa minta porsi yang lebih kecil atau lauk yang disesuaikan (misalnya tanpa bagian yang terlalu pedas). Ini membantu supaya makanan tidak terlalu banyak tersisa.
Obrolan sederhana seperti ini menurut saya penting, karena dari sini terlihat bahwa mereka sudah paham ritme wisatawan yang sering datang dalam kondisi buru-buru atau membawa keluarga.
Sedikit Banding-Banding dengan Nasi Bali Men Weti
Kalau kamu sudah lama riset kuliner Bali, nama Nasi Bali Men Weti di Sanur pasti sudah sering muncul. Keduanya sama-sama menjual nasi campur khas Bali, tapi menurut saya punya “mood” yang sedikit berbeda.
Di Men Weti, suasananya lebih ke warung klasik di kawasan pantai, dengan antrean yang kadang mengular di pagi hari. Fokusnya kuat di rasa yang pedas, dan pengalaman makan di sana sering identik dengan “cepat, padat, penuh antrean”.
Jadi, kalau harus diringkas:
- Men Weti cocok buat kamu yang mengejar sensasi warung klasik dekat pantai dan tidak masalah antre cukup panjang.
- Bu Mangku cocok buat kamu yang ingin tempat duduk lebih nyaman, parkir lebih lega, dan mood makan siang yang lebih tenang di jalur Ubud.
Dua-duanya layak kamu coba di perjalanan berbeda, tinggal disesuaikan dengan jadwal dan gaya traveling kamu.
Tips Kunjungan ke Nasi Ayam Kedewatan Bu Mangku Ubud Biar Siang Kamu Tetap Santai
Supaya pengalaman kamu di Nasi Ayam Kedewatan Bu Mangku berjalan mulus, ini beberapa tips simpel yang menurut saya cukup membantu:
- Atur jam datang
Kalau bisa, datang sedikit sebelum jam 12.00 atau setelah jam 14.00. Di antara jam itu biasanya traffic pengunjung lagi padat-padatnya. - Datang dalam kondisi cukup lapang waktu
Memang waktu tunggunya rata-rata hanya 10–15 menit, tapi selalu sisakan cadangan waktu 30–40 menit untuk makan pelan-pelan, terutama kalau kamu bawa anak. - Langsung sampaikan preferensi pedas
Jangan tunggu sampai makanan datang baru minta sambal dipisah. Dari awal pesan, kamu bisa langsung bilang level pedas yang kamu inginkan. - Perhatikan porsi kalau bawa keluarga
Seporsi nasi ayam ini termasuk cukup “ramai” lauknya. Kalau anak kamu makannya sedikit, bisa sharing porsi dengan orang dewasa atau minta porsi yang lebih kecil. - Bawa pulang secukupnya
Nasi ayam ini enak, tapi tidak ideal disimpan terlalu lama. Kalau mau bungkus untuk dibawa ke hotel, usahakan dikonsumsi di hari yang sama. - Jangan lupa minum yang segar
Teh dingin, es jeruk, atau minuman segar lain cukup membantu menyeimbangkan pedasnya sambal dan gurihnya lauk.
Jadi Wajib Nggak Nih Nasi Ayam Kedewatan Bu Mangku?
Kalau saya rangkum dari pengalaman Day 5 itu, jawabannya: wajib kamu masukkan dalam daftar kuliner Bali, terutama kalau rute kamu melewati Ubud.
Tiga alasan utamanya sederhana:
- Cepat – Untuk tempat yang cukup legendaris dan ramai, waktu tunggunya masih masuk akal, sekitar 10–15 menit di jam sibuk, dengan total kunjungan 40–50 menit saja. Cocok untuk kamu yang lagi city tour dan tidak bisa duduk berjam-jam.
Buat saya pribadi, Nasi Ayam Kedewatan Bu Mangku Ubud ini adalah paket lengkap makan siang di Bali: rasanya mewakili kuliner lokal, suasananya nyaman, dan ritmenya cocok buat traveler yang tetap ingin menikmati makanan dengan tenang tanpa mengorbankan jadwal jalan.
Jadi, kalau suatu hari kamu berada di titik yang sama—lapar di tengah perjalanan, butuh makan siang yang khas, lengkap, dan cepat—mungkin ini saatnya kamu melipir ke Kedewatan dan memesan seporsi nasi ayam untuk diri sendiri. Jangan lupa, simpan sedikit ruang di perut untuk menuntaskan sambalnya sampai suapan terakhir.



