Day 11 di Borobudur, sore itu saya baru saja turun dari jelajah bukit di area Kedai Bukit Rhema. Kaki masih agak pegal, tapi angin sejuk dan langit mulai menguning bikin saya pengen duduk tenang sambil ngopi. Di sisi area bukit, ada satu sudut yang dari awal sudah saya incar: Kopi Menoreh di Kedai Bukit Rhema, lengkap dengan deretan snack manis dan gurih. Sore itu saya memutuskan berhenti sebentar, hanya untuk menikmati satu cangkir kopi lokal dan camilan sederhana, sebelum hari benar-benar gelap dan itinerary lanjut ke agenda berikutnya.
Kenapa Saya Memilih Ngopi di Kopi Menoreh Kedai Bukit Rhema?

Kalau Kamu sudah seharian keliling Borobudur atau naik-turun bukit di sekitar Gereja Ayam, Kamu pasti paham enaknya punya “pit stop” yang nggak cuma jual kopi, tapi juga bisa dipakai napas dulu. Itu alasan utama saya datang ke Kopi Menoreh di Kedai Bukit Rhema: saya cari tempat ngopi sore yang santai, punya kopi lokal, plus camilan yang bisa dibagi bareng teman atau keluarga.
Konteks lokasinya juga menarik. Letaknya masih di kawasan yang sama dengan bukit dan bangunan ikonik Kedai Bukit Rhema, jadi Kamu nggak perlu pindah parkir atau pindah lokasi jauh-jauh. Tinggal turun sedikit dari area bukit, cari sudut ngopi, duduk, dan biarkan badan pelan-pelan istirahat. Tambah lagi, mereka meng-highlight kopi lokal Menoreh sebagai andalan dan punya beberapa spot foto yang sengaja ditata cantik buat Kamu yang nggak bisa lepas dari kamera.
Buat saya pribadi, kombinasi “kopi lokal + view bukit + spot foto” itu sudah cukup jadi alasan untuk nyobain. Apalagi kalau Kamu tipe yang suka cerita di media sosial, tempat ngopi yang punya karakter khas seperti ini lebih mudah diceritakan daripada kafe generik tanpa konteks.
Lihat lokasi: Google Maps
Pengalaman Ngopi dan Nganemil di Sore Hari
Dari Pesan Sampai Tersaji di Meja
Begitu duduk, saya langsung melihat menu yang cukup ringkas: beberapa varian kopi berbasis espresso atau seduhan manual, plus pilihan snack manis dan gurih untuk teman minum. Karena konsepnya ngopi santai sore, saya pilih satu gelas kopi Menoreh panas dan satu porsi camilan yang bisa dicomot pelan-pelan.
Prosesnya cukup simpel: saya pesan di counter, sekalian tanya singkat jenis kopinya, lalu dapat nomor antrian. Dari sisi alur, semuanya terasa rapi dan tidak ribet. Waktu tunggu di sini berkisar sekitar 5–10 menit, tergantung ramainya bar. Buat saya, durasi itu pas untuk sebuah kedai kopi di area wisata: nggak terlalu lama sampai bikin bosan, tapi juga cukup waktu untuk barista meracik kopi tanpa kesan terburu-buru.
Karena saya datang di jam sore, sekitar menjelang pukul 16.00, suasananya sudah mulai terisi pengunjung. Ada yang baru selesai dari bukit, ada juga rombongan keluarga yang bawa anak-anak. Tapi tetap terasa manageable, tidak sampai berebut kursi. Sambil menunggu, saya sempat melihat barista kerja dan memperhatikan bagaimana minuman disajikan satu per satu—detail kecil yang menyenangkan buat Kamu yang suka memperhatikan proses.
Rasa Kopi, Tekstur, dan Camilan yang Menemani

Begitu kopi datang, aroma pertama langsung cukup menonjol: wangi kopi yang cenderung hangat, dengan karakter yang terasa “rumahan” tapi bukan asal-asalan. Di tegukan awal, saya merasakan kombinasi pahit yang bersih dengan sedikit nuansa manis di belakang, semacam aftertaste ringan yang bikin lidah nggak kaget. Bukan tipe kopi yang agresif, tapi lebih ke arah bersahabat, cocok untuk dinikmati pelan-pelan sambil ngobrol.
Tekstur kopinya terasa medium, tidak terlalu watery dan tidak terlalu pekat. Buat Kamu yang mungkin tidak terbiasa dengan kopi yang sangat strong, racikan seperti ini aman dan nyaman. Saya pribadi merasa ini cocok untuk sore hari, karena rasanya menenangkan tanpa bikin perut “protes”. Kalau Kamu biasa menikmati kopi tanpa gula, profil seperti ini cukup ramah, tapi kalau suka yang manis, Kamu bisa tambah gula atau pilih menu yang memang diracik lebih manis dari awal.
Camilan yang hadir di meja jadi pasangan yang penting. Saya suka ketika snack di tempat seperti ini tidak berusaha terlalu ribet, tapi fokus ke hal-hal yang relevan: tekstur renyah, manis atau gurih yang cukup, dan porsi yang bisa dibagi. Kue manis atau snack goreng ringan yang saya coba punya rasa yang pas untuk sore hari—tidak terlalu berat, tapi cukup mengganjal sampai nanti makan malam. Kombinasi kopi hangat dan camilan manis di jam sore seperti ini rasanya memang cocok menjadi penutup aktivitas jelajah bukit.
Secara keseluruhan, pengalaman rasa di sini lebih ke arah “comfort” ketimbang eksperimen ekstrim. Kalau Kamu datang dengan ekspektasi menikmati kopi lokal yang ramah lidah dan camilan sederhana, kemungkinan besar Kamu akan merasa puas.
Baca Selengkapnya: Ayam Bakar Kedai Bukit Rhema: Lunch Santai Keluarga Usai Tur Gereja Ayam
Informasi Praktis: Jam Ramai, Parkir, dan Durasi Nongkrong
Dari pengamatan saya, jam paling ramai di Kopi Menoreh Kedai Bukit Rhema biasanya ada di rentang 15.00–17.00. Ini logis, karena banyak pengunjung yang baru selesai dari aktivitas keliling bukit atau dari area wisata di sekitarnya, lalu mencari tempat duduk untuk istirahat sebentar sebelum pulang.
Untuk urusan parkir, Kamu nggak perlu terlalu khawatir. Area parkir motor dan mobil di kawasan Kedai Bukit Rhema cukup luas dan memang disiapkan untuk pengunjung. Jadi kalau Kamu datang rombongan keluarga atau bareng teman, parkir tidak menjadi tantangan besar selama bukan hari super padat.
Soal “sudah berdiri sejak kapan”, saya pribadi tidak mendapatkan angka pasti atau tahun resmi dari staf ketika berkunjung. Yang jelas, kesan yang saya rasakan adalah tempat ini sudah tertata dan tidak terasa seperti spot yang baru sehari dua hari dibuka. Penataan kursi, alur layanan, sampai perpaduan kopi lokal dan spot foto menunjukkan bahwa konsepnya sudah dipikirkan dengan cukup matang, meski detail tahunnya tidak disebutkan secara spesifik.
Untuk durasi kunjungan, saya pribadi menghabiskan waktu sekitar 40–60 menit. Cukup untuk menurunkan tempo dari aktivitas jalan seharian, menikmati kopi dan camilan, foto beberapa sudut menarik, dan mengatur ulang energi sebelum lanjut ke agenda berikutnya. Kalau Kamu tipe yang suka duduk lama sambil kerja di laptop, mungkin perlu pertimbangan tambahan, tetapi untuk mampir santai sore, durasi segini terasa ideal.
Ngobrol Singkat dengan Karyawan: Biar Makin Paham Kopinya
Saya sempat ngobrol singkat dengan staf yang berjaga di area kopi. Bukan interview formal, tapi obrolan ringan sambil menunggu pesanan—cukup untuk dapat sedikit insight yang mungkin berguna buat Kamu:
- Single origin & kopi lokal
Saya tanya apakah mereka menggunakan kopi single origin. Jawabannya, mereka mengutamakan kopi dari area sekitar Menoreh dan sekitarnya, dengan pilihan yang bisa berubah menyesuaikan stok dan musim. Intinya, Kamu tetap bisa berharap mencicipi kopi lokal, dan kalau penasaran detail origin-nya, tinggal tanya langsung ke barista saat pesan. - Pilihan menu non-kopi
Tidak semua orang di rombongan selalu minum kopi. Staf menjelaskan kalau biasanya ada beberapa opsi non-kopi seperti minuman manis atau hangat yang lebih ringan. Jadi, kalau Kamu datang bersama anak atau teman yang tidak minum kopi, tetap ada alternatif minuman lain tanpa perlu repot mencari tempat lain. - Spot foto favorit pengunjung
Saat saya tanya, mereka menyebut beberapa sudut yang sering dipakai foto: area dengan latar perbukitan, sudut kayu dengan jendela besar, atau meja dekat railing yang menghadap ke alam terbuka. Saran praktis dari staf: datang sedikit sebelum golden hour supaya cahaya lebih lembut dan hasil foto lebih menarik. - Metode pembayaran yang tersedia
Untuk metode bayar, staf menjelaskan bahwa saat itu pembayaran bisa dilakukan secara tunai, dan tersedia juga beberapa opsi non-tunai melalui aplikasi pembayaran digital yang umum dipakai. Namun karena kebijakan bisa berubah, saran saya: tetap bawa uang tunai secukupnya dan siapkan juga aplikasi pembayaran di ponsel, supaya lebih fleksibel.
Obrolan singkat seperti ini bikin saya merasa lebih “nyambung” dengan tempatnya, bukan sekadar datang-minum-pergi.
Dibanding Kafe Desa Sekitar, Bedanya di Mana?
Di sekitar Borobudur dan jalur desa sekitarnya, sebenarnya cukup banyak kafe atau warung kopi yang mengusung konsep “kafe desa”. Mereka biasanya menawarkan suasana santai dengan bangku kayu, tanaman, dan udara sejuk. Jadi wajar kalau Kamu bertanya: apa bedanya Kopi Menoreh di Kedai Bukit Rhema ini dengan kafe desa lain di sekitar?
Menurut saya, bedanya ada di konteks dan pengalaman menyeluruh. Di sini, Kamu tidak hanya datang untuk minum kopi; Kamu datang setelah atau sebelum menikmati kawasan bukit dan ikon wisata Kedai Bukit Rhema. Jadi, kopi dan snack di sini terasa seperti satu rangkaian pengalaman, bukan aktivitas terpisah.
Secara suasana, nuansa alam dan ketinggian bukit membuat latar belakang terasa lebih dramatis dibanding banyak kafe desa yang berada di pinggir jalan atau di tengah kampung. Spot foto yang ada juga memanfaatkan kontur bukit dan pandangan ke arah perbukitan Menoreh, sehingga fotomu punya cerita visual yang lebih kuat.
Dari sisi menu, mereka memang tidak berusaha menandingi kedai kopi spesialis dengan puluhan varian metode seduh, tapi justru itu yang membuatnya pas sebagai tempat singgah wisata. Pilihan kopi dan snack disusun agar cukup variatif, namun tetap mudah dipahami oleh pengunjung dengan latar belakang yang beragam—mulai dari pecinta kopi serius sampai keluarga yang hanya ingin camilan dan minuman hangat.
Jadi, kalau kafe desa sekitar menawarkan suasana lokal di tengah kampung, Kopi Menoreh di Kedai Bukit Rhema menawarkan pengalaman ngopi dengan balutan suasana bukit dan narasi wisata yang lebih utuh.
Baca Juga : Rekomendasi Wisata Di Magelang
Tips Nyaman Ngopi Sore di Kopi Menoreh Kedai Bukit Rhema
Supaya kunjungan Kamu makin nyaman dan maksimal, beberapa tips ini mungkin bisa membantu:
- Pilih jam datang yang pas
Kalau mau merasakan suasana hidup tapi tidak terlalu padat, Kamu bisa datang sekitar pukul 15.00–16.00. Masih dalam jam ramai, tapi biasanya masih cukup kursi tersedia. Kalau ingin suasana lebih tenang, sedikit di luar jam puncak juga bisa jadi opsi. - Siapkan waktu senggang sekitar satu jam
Dengan estimasi waktu tunggu minuman sekitar 5–10 menit, sisakan waktu total 40–60 menit untuk benar-benar menikmati kopi, camilan, dan beberapa foto. Jangan terlalu dikejar-kejar jadwal supaya Kamu bisa benar-benar menikmati suasana sore. - Datang bareng keluarga atau teman
Lokasi dan suasananya mendukung untuk dinikmati ramai-ramai. Karena masih di area wisata, keluarga dengan anak juga relatif nyaman, selama tetap mengawasi anak yang bergerak di area sekitar. - Jangan sungkan tanya ke barista
Kalau Kamu penasaran soal kopi lokal atau single origin, langsung saja tanya. Dari obrolan singkat, Kamu bisa dapat rekomendasi menu yang lebih cocok dengan selera, entah Kamu suka kopi yang lebih strong atau lebih lembut. - Manfaatkan spot foto, tapi tetap menghargai pengunjung lain
Karena ada beberapa spot foto favorit, usahakan bergantian dan tidak terlalu lama menguasai satu spot, apalagi di jam ramai. Ambil beberapa foto, lalu beri kesempatan pengunjung lain untuk menikmati sudut yang sama. - Siapkan tunai dan non-tunai
Untuk berjaga-jaga kalau ada perubahan sistem pembayaran, paling aman bawa keduanya. Ini juga membantu ketika jaringan sedang kurang stabil atau ada antrean panjang di satu metode bayar tertentu. - Sesuaikan pilihan snack dengan rencana makan berikutnya
Kalau setelah ini Kamu masih punya agenda makan besar, pilih snack yang ringan saja sebagai teman ngopi. Tapi kalau jadwal makan malam agak jauh, tidak ada salahnya ambil porsi camilan sedikit lebih banyak untuk ganjal perut.
Dengan mengikuti tips-tips sederhana ini, pengalaman ngopi sore Kamu di Kopi Menoreh Kedai Bukit Rhema bisa terasa lebih santai dan minim drama.
Jadi Wajib Nggak Nih Ngopi di Kopi Menoreh Kedai Bukit Rhema?
Buat saya, jawabannya Wajib—apalagi kalau Kamu sudah terlanjur naik sampai kawasan Kedai Bukit Rhema dan meluangkan waktu jelajah bukit di sekitarnya. Ada tiga hal yang membuat tempat ini layak masuk daftar kunjungan:
- Khas – Lokasinya bukan sekadar kafe di pinggir jalan, tapi bagian dari rangkaian pengalaman wisata bukit dan alam Menoreh. Ngopi di sini terasa menyatu dengan cerita perjalanan Kamu di Borobudur, bukan cuma aktivitas selingan.
- Kopi – Racikan kopi lokal yang ramah lidah dengan waktu tunggu singkat membuatnya cocok untuk banyak tipe pengunjung. Bukan hanya untuk penikmat kopi serius, tapi juga buat Kamu yang sekadar ingin satu cangkir hangat untuk menutup hari.
- Manis – Camilan manis dan sore yang pelan-pelan berubah jadi senja bikin momen di sini berasa lengkap. Manisnya bukan cuma dari snack, tapi juga dari suasana dan jeda sejenak sebelum Kamu kembali ke ritme perjalanan.
Kalau Kamu sedang menyusun itinerary Borobudur dan sekitarnya, sisipkan waktu sekitar satu jam untuk ngopi sore di sini. Satu cangkir kopi Menoreh, satu piring camilan, dan satu sore yang pelan—kadang itu saja sudah cukup untuk membuat perjalanan terasa jauh lebih berkesan.



