Day 14 – Kintamani: Setelah Tur Lava Hitam, Ngopi Dulu Dong
Day 14 – Kintamani – Setelah tur lava hitam, badan masih agak berdebu, tapi hati lumayan puas habis diajak jeep naik turun bebatuan hitam. Saya dan keluarga lagi cari tempat buat “turun tempo”: ngopi, ngemil roti, dan duduk santai tanpa agenda berat. Dari area lava, kami geser sebentar ke Black Lava Coffee yang memang masih satu vibe dengan jalur tur. Begitu turun dari mobil di tepi jalan, saya langsung merasa ini tipe tempat yang pas buat “pendinginan” setelah adrenaline tur lava barusan.
Begitu melangkah masuk, nuansa hitam abu-abu yang mengingatkan ke lava langsung kerasa di interiornya. Bukan yang seram, tapi lebih ke industrial santai dengan tema lava yang konsisten. Ada beberapa spot yang jelas didesain buat foto, termasuk area yang sering dipakai parkir jeep habis tur. Sambil nunggu napas kembali normal, saya cuma mikir satu: “Kopi dulu, lalu roti hangat, habis itu baru mikir mau ke mana lagi.”
Baca juga: Resto Hot Spring Toya Devasya: Makan Keluarga Setelah Berendam di Kintamani
Suasananya sendiri cukup hidup, tapi masih dalam level yang enak buat ngobrol. Karena kami datang menjelang siang, tempatnya sudah mulai terisi tamu lain yang juga baru selesai tur. Ada yang sibuk cek hasil foto di HP, ada yang diam-diam menikmati kopi sambil menatap ke arah hamparan lava hitam di kejauhan. Saya suka momen-momen seperti ini: masih capek, tapi sudah duduk dengan nyaman, ditemani kopi yang wangi.

Kenapa Saya Akhirnya Milih Black Lava Coffee?
Jujur, di Kintamani pilihan kafe dan tempat ngopi itu makin banyak. Tapi kali ini saya sengaja cari tempat yang nyambung sama aktivitas hari itu: tur lava hitam. Black Lava Coffee dari namanya saja sudah jelas main di tema lava, dan begitu sampai, temanya memang terasa dari warna, material, sampai spot-spot foto yang dekat dengan area jeep.
Buat saya, lokasi juga jadi poin plus. Setelah tur, rasanya malas kalau harus berkendara jauh hanya untuk mencari kopi dan roti. Di sini, Kamu bisa langsung “transit” sejenak, ngadem, ke toilet, dan isi ulang energi sebelum lanjut ke destinasi lain di Kintamani. Ini penting banget kalau Kamu bawa keluarga atau anak, karena transisi dari aktivitas outdoor ke indoor yang lebih santai biasanya menentukan mood sisa hari itu.
Baca Juga : Rekomendasi Wisata Di Magelang
Kelebihan lain yang terasa adalah adanya spot jeep yang sering dijadikan latar foto. Jadi kalau Kamu habis tur dengan jeep, biasanya driver sudah tahu dan bisa drop di area dekat sini. Tema lava yang konsisten juga bikin foto-foto Kamu tetap satu cerita: dari lava hitam di lapangan, sampai secangkir kopi di kafe bertema lava.
Ekspektasi saya sederhana: dapat kopi yang proper, roti yang layak untuk ganjal perut, dan suasana yang santai tanpa harus dikejar waktu. Dari awal, Black Lava Coffee sudah mencentang tiga poin itu di kepala saya.
Ngopi & Roti di Tengah Nuansa Lava Hitam – Black Lava Coffe Kintamani

Kopi yang Jadi Teman Rehat Setelah Tur
Begitu duduk, saya langsung buka menu dan memutuskan pesan kopi sebagai “hadiah” setelah tur. Di sini Kamu akan menemukan pilihan kopi standar seperti latte, cappuccino, americano, sampai manual brew untuk yang lebih suka eksplor rasa beans lokal. Saya pilih menu kopi yang tidak terlalu berat, supaya tetap segar untuk sisa perjalanan hari itu.
Profil kopinya cukup ramah untuk sebagian besar lidah: ada body yang terasa, aroma cukup jelas, dan aftertaste yang bersih. Bukan kopi yang “ngegas” banget, tapi justru cocok untuk situasi setelah aktivitas fisik. Saya bisa menyeruput pelan sambil membiarkan rasa pahit-manisnya pelan-pelan menetralisir lelah di badan.
Yang menarik, ketika Kamu duduk sambil memegang cangkir panas dan melihat nuansa hitam di sekeliling, ada rasa nyambung antara minuman dan suasana. Kopi terasa jadi bagian dari cerita hari itu, bukan hanya sekadar minuman lewat.
Roti Hangat untuk Ganjal Perut Pagi–Siang
Untuk makanan, saya sengaja memilih roti sebagai pendamping kopi. Roti di sini hadir sebagai opsi yang pas kalau Kamu datang di rentang waktu pagi–siang, ketika perut butuh isi tapi belum ingin makan besar. Tekstur rotinya cukup lembut, dengan bagian luar yang sedikit lebih firm. Kombinasi ini enak ketika dicocol dengan kopi atau dinikmati pelan sambil ngobrol.
Dari sisi rasa, roti yang saya coba masuk kategori aman dan familiar. Bukan roti yang super kompleks, tapi cukup buat jadi teman duduk santai. Untuk Kamu yang habis tur lava hitam dan merasa perut mulai kosong tapi belum jam makan berat, roti di sini bisa jadi pilihan yang pas.
Secara alur, makanan dan minuman tidak datang sekaligus. Kopi muncul lebih dulu, disusul roti beberapa menit kemudian. Buat saya, ini justru enak: ada waktu menikmati aroma kopi dulu, baru kemudian mulai mengunyah roti ketika badan dan pikiran sudah sedikit tenang.
Ritme Pesan–Tunggu–Saji
Untuk urusan waktu, pesanan saya datang dalam rentang 5–10 menit setelah order, sesuai dengan ekspektasi untuk kafe dengan kapasitas pengunjung yang cukup ramai di jam itu. Ini penting dicatat, karena di beberapa tempat wisata, waktu tunggu bisa tanpa pola. Di Black Lava Coffee, ritmenya masih terasa terkontrol.
Total, saya berada di lokasi sekitar 30–40 menit. Durasi yang menurut saya ideal untuk transit setelah tur: cukup lama untuk badan pulih dan pikiran segar, tapi tidak sampai membuat jadwal jalan-jalan berikutnya berantakan.
Hal-Hal Praktis yang Perlu Kamu Tahu Tentang Black Lava Coffe Kintamani
Jam Ramai dan Waktu Datang yang Lebih Nyaman
Berdasarkan pengalaman, jam ramai di Black Lava Coffee biasanya berkisar di 10.00–13.00, saat rombongan tur mulai selesai dan mencari tempat ngopi. Kalau Kamu ingin suasana yang sedikit lebih tenang untuk foto-foto atau kerja singkat di laptop, datang sedikit lebih awal dari jam 10 bisa jadi strategi yang bagus.
Sebaliknya, kalau Kamu datang tepat di jam ramai, siap-siap saja antre sebentar atau sedikit menunggu meja kosong, terutama ketika banyak jeep yang datang hampir bersamaan dari area lava.
Lihat lokasi Black Lava Coffe Kintamani: Google Maps
Parkir di Tepi Jalan, Tapi Masih Terjangkau
Untuk urusan parkir, kendaraan ditempatkan di tepi jalan. Buat mobil dan motor, selama Kamu mau sedikit sabar menata posisi, masih cukup manageable. Tipsnya, jangan parkir terlalu mepet ke titik tur jeep, supaya akses naik-turun penumpang tetap nyaman dan tidak mengganggu.
Kalau Kamu datang dalam bentuk rombongan, koordinasikan dengan driver untuk turun di titik yang aman lebih dulu, baru kendaraan diparkir rapi di tepi jalan.
Soal Usia Kafe dan Kesan Pertama
Untuk informasi “sudah berdiri sejak kapan”, saya tidak mendapatkan angka tahunnya secara spesifik. Tapi dari tampilan dan vibe-nya, Black Lava Coffee terasa cukup segar dan relevan dengan trend kafe kekinian di Kintamani. Interior, alur pelayanan, sampai tema lava-nya terasa dikerjakan dengan niat, bukan sekadar tempelan.
Buat Kamu, yang penting dicatat: ini bukan tipe tempat yang terasa “tua dan lusuh”, melainkan lebih ke kafe nyaman yang kebetulan berada di area tur lava hitam.
Ngobrol Tipis-Tipis dengan Karyawan: Dapat Apa Aja?
Saya sempat ngobrol singkat dengan karyawan di kasir dan barista. Dari obrolan santai itu, beberapa poin yang saya catat:
- Menu favorit pengunjung
Mereka bilang, menu kopi berbasis susu (seperti latte atau varian dengan gula aren) masih jadi favorit banyak tamu seusai tur. Untuk makanan, roti dan camilan ringan sering dipilih karena tidak terlalu berat di perut setelah aktivitas outdoor. - Beans lokal yang dipakai
Ada penggunaan beans lokal, terutama dari area Kintamani dan sekitarnya. Ini menyenangkan karena Kamu bisa menikmati kopi yang tumbuh dari daerah yang sama dengan tempat Kamu duduk saat itu – semacam “minum dari tanah yang sama”. - Promo paket untuk turis
Sesekali ada paket yang menggabungkan kopi dan snack/camilan dengan harga lebih hemat, terutama untuk tamu yang datang dalam kelompok kecil. Kalau Kamu datang berdua atau bertiga, tidak ada salahnya tanya apakah ada paket berjalan saat itu. - Pilihan pembayaran
Untuk pembayaran, mereka sudah menerima metode non-tunai. Buat wisatawan yang jarang pegang uang cash banyak, ini jelas memudahkan. Tetap sedia sedikit uang tunai untuk jaga-jaga, tapi secara umum Kamu tidak akan kesulitan di bagian kasir.
Obrolan singkat seperti ini membantu saya merasa lebih “nyambung” dengan tempatnya. Bukan hanya sekadar mampir, tetapi juga tahu sedikit cerita di balik menu yang disajikan.
Black Lava vs Kafe Tetangga: Okuta & Montana, Bedanya Apa?
Di area Kintamani, Kamu mungkin sering dengar nama Okuta atau Montana ketika cari referensi kafe. Keduanya memang punya daya tarik sendiri, terutama soal view dan ambience. Dibandingkan dengan mereka, Black Lava Coffee punya fokus yang lebih kuat pada tema lava dan kedekatannya dengan jalur tur lava hitam.
Lihat lokasi Okuta Cafe: Google Maps
Kalau Kamu mencari kafe dengan view luas ke arah danau atau gunung dan ingin duduk lebih lama dengan suasana “café hopping” klasik, Okuta dan Montana bisa jadi opsi yang menarik. Sementara itu, Black Lava Coffee lebih terasa seperti “pit stop berkualitas”: tempat singgah yang nyaman setelah tur, dengan kopi dan roti yang cukup kuat untuk mengembalikan energi.
Secara rasa, kualitas kopi di Black Lava Coffee menurut saya masih dalam satu level baik dengan kafe-kafe tetangga. Bedanya lebih ke pengalaman yang Kamu cari hari itu. Kalau narasi perjalanan Kamu banyak bercerita soal lava hitam dan jeep, mampir ke kafe bertema lava membuat alur cerita perjalanan terasa lebih utuh.
Jadi bukan soal mana yang lebih baik secara mutlak, tapi mana yang lebih cocok dengan alur harimu di Kintamani.
Tips Biar Ngopi di Sini Makin Maksimal
Supaya kunjungan Kamu ke Black Lava Coffee terasa lebih enak dan efektif, ini beberapa tips dari pengalaman saya:
- Atur urutan tur dan ngopi
Idealnya, selesaikan dulu tur lava hitam di pagi hari, lalu mampir ke sini di rentang waktu pagi–siang. Badan masih segar, mata belum terlalu lelah, dan kopi plus roti akan berfungsi seperti tombol reset ringan. - Datang sebelum jam puncak
Kalau Kamu tidak suka suasana terlalu ramai, datang sebelum jam 10.00 akan membantu mendapatkan kursi yang lebih leluasa dan waktu foto-foto di area kafe tanpa terlalu banyak gangguan. - Pesan kopi dan roti dulu, baru lanjut foto
Saran saya, begitu sampai langsung pesan kopi dan roti dulu. Setelah itu, Kamu bisa pakai waktu tunggu 5–10 menit untuk eksplor spot foto bertema lava dan jeep. Begitu pesanan datang, Kamu sudah puas foto-foto dan bisa fokus menikmati makanan serta minuman tanpa terburu-buru. - Perhatikan kebutuhan keluarga/anak
Kalau Kamu datang dengan anak, roti dan minuman non-kopi bisa jadi pilihan yang aman. Kintamani bisa cukup dingin di pagi hari, jadi minuman hangat selain kopi juga patut dipertimbangkan untuk anak yang tidak minum kafein. - Jangan buru-buru pergi
Walaupun ini cocok sebagai tempat transit, upayakan tetap memberi waktu 30–40 menit di sini. Tubuh butuh jeda setelah tur, dan memberi ruang istirahat singkat sering kali membuat sisa perjalanan terasa lebih ringan.
Dengan mengikuti beberapa tips ini, kunjungan Kamu ke Black Lava Coffee bukan sekadar “mampir sebentar”, tapi benar-benar jadi bagian yang menyenangkan dari itinerary Kintamani.
Jadi Wajib ke Sini Setelah Tur Lava Hitam?
Kalau Kamu tanya apakah Black Lava Coffee Kintamani itu wajib atau tidak, jawaban saya: layak banget Kamu masukkan ke rencana, terutama kalau itinerary-mu sudah mencakup tur lava hitam.
Temanya jelas – lava, jeep, dan nuansa hitam yang konsisten – sehingga membuat cerita perjalanan Kamu terasa nyambung dari satu titik ke titik berikutnya. Kopinya cukup kuat untuk menemani Kamu bangkit pelan-pelan setelah aktivitas fisik, dan roti hangatnya pas sebagai teman ngopi di rentang waktu pagi–siang.
Yang paling saya suka, tempat ini memberi ruang untuk santai tanpa harus memikirkan terlalu banyak hal: parkir masih masuk akal, waktu tunggu pesanan 5–10 menit tidak mengganggu jadwal, dan durasi duduk 30–40 menit cukup untuk memulihkan tenaga.
Jadi, kalau Kamu sedang merencanakan Day 14–atau hari apa pun–di Kintamani dengan paket tur lava hitam, pertimbangkan untuk memberi satu slot waktu khusus: ngopi & roti santai di Black Lava Coffee. Tema yang kuat, kopi yang pas, dan suasana santai membuat tempat ini layak jadi bagian kecil yang cukup berkesan di perjalanan Kamu di Kintamani.



