Day 10 – Ubud – Siang edukasi kopi. Saat itu perut saya masih cukup kenyang setelah brunch, tapi kepala lagi penasaran banget soal kopi Bali dan cerita di balik tiap bijinya. Saya juga lagi cari tempat yang adem, hijau, dan enak buat duduk santai bareng keluarga sebelum lanjut keliling Ubud lagi. Dari situ, Bali Pulina di Tegallalang langsung terasa cocok: bisa belajar kopi, ngopi, dan menikmati view lembah hijau dalam satu stop.
Kenapa Saya Akhirnya Memilih Bali Pulina
Sebagai travel blogger yang hobi mampir ke kafe dan spot kopi, saya selalu tertarik dengan tempat yang bukan cuma jual minuman, tapi juga kasih cerita. Bali Pulina ini formatnya bukan sekadar kafe, tapi agrowisata kopi: ada kebun, ada proses, dan ada sesi edukasi singkat yang bisa kamu ikuti sebelum duduk menikmati minuman.
Lokasinya di area Tegallalang, sekitar Ubud, yang memang terkenal dengan pemandangan sawah berundak dan lembah hijau. Jadi, selain datang untuk “siang edukasi kopi”, saya juga berharap bisa dapat view cantik tanpa harus trekking terlalu jauh. Di brosur dan cerita teman, dua hal yang paling sering muncul soal tempat ini adalah tasting flight dan pemandangan. Satu tray berisi beberapa jenis kopi dan teh, plus tempat duduk yang menghadap lembah—kombinasi yang sulit ditolak kalau kamu suka ngopi pelan-pelan sambil ngobrol.
Karena saya datang di jam yang masih masuk kategori pagi–siang, suasananya pas untuk belajar: udara belum terlalu panas, sinar matahari cukup, dan mood masih segar buat menerima informasi. Ekspektasi saya sederhana: pulang dengan sedikit lebih paham soal kopi Bali, plus foto-foto yang bisa jadi bahan cerita ke kamu.
Baca juga : Dinner Tenang di Casa Luna Ubud, Resto Ikonik dengan Sentuhan Bali Modern

Pengalaman Ngopi dan Tasting Flight di Bali Pulina
Tur Singkat di Kebun Kopi Bali Pulina
Sebelum duduk di area kafe, staf mengajak saya dan beberapa tamu lain berjalan santai melewati area kebun. Jalurnya tidak panjang, lebih seperti jalur edukasi singkat untuk menunjukkan berbagai tanaman: kopi, rempah, dan beberapa tanaman lokal lain yang sering dipakai sebagai bahan minuman.
Penjelasan yang diberikan tidak terlalu teknis, tapi cukup untuk kamu yang baru mulai tertarik dengan dunia kopi. Jadi kalau kamu bukan “coffee geek”, jangan khawatir, penjelasannya masih mudah dicerna. Di titik tertentu, staf juga menunjuk beberapa area yang biasanya dipakai untuk menjelaskan soal kopi luwak dan prosesnya.
Mencoba Tasting Flight Kopi dan Teh di Bali Pulina
Setelah tur singkat, saya diarahkan ke area duduk yang menghadap lembah. Di sini, tasting flight jadi bintang utama. Satu tray berisi beberapa gelas kecil kopi dan teh dengan karakter berbeda-beda. Ada yang lebih ringan, ada yang lebih bold, dan beberapa varian teh rempah yang aromanya cukup menonjol.
Untuk saya pribadi, serunya bukan sekadar mencoba satu gelas kopi favorit, tapi mencicipi beberapa jenis dalam porsi kecil. Ini membantu kamu menemukan profil rasa yang paling cocok dengan lidah sendiri. Tekstur beberapa kopi terasa lebih ringan, dengan aftertaste yang bersih, sementara beberapa lainnya punya rasa yang sedikit lebih pekat dengan kesan nutty.
Karena tempat ini enaknya dinikmati pagi–siang, suhu minuman dan udara terasa pas. Di jam seperti ini, lidah belum terlalu “lelah” dan kamu masih bisa membedakan satu rasa dengan yang lain. Sambil menunggu tray disajikan—sekitar 10–20 menit sejak memesan—saya menghabiskan waktu untuk melihat pemandangan, foto-foto meja kayu, dan suasana sekeliling. Waktu tunggu segitu rasanya wajar mengingat minuman yang disajikan cukup beragam.
Total, saya menghabiskan waktu sekitar 45–60 menit di sini: mulai dari tur singkat, sesi penjelasan, sampai duduk menikmati tasting flight. Untuk ukuran satu kunjungan siang hari, durasi segitu terasa pas—tidak terlalu singkat, tapi juga tidak terlalu lama sampai bikin jadwal lain berantakan.
Lihat lokasi : Googlemaps

Informasi Praktis yang Perlu Kamu Tahu tentang Bali Pulina
Bagian ini biasanya paling dicari pembaca sebelum memutuskan jadi datang atau tidak. Jadi saya rangkum yang menurut saya penting:
- Waktu paling enak datang: menurut saya, datang pagi–siang adalah pilihan terbaik. Udara masih enak, cahaya bagus untuk foto, dan badan belum terlalu lelah.
- Jam ramai: staf menyebutkan dan saya juga melihat sendiri kalau pengunjung mulai padat di kisaran 10.00–12.00. Di jam ini, beberapa meja mulai penuh dan sesi tur bisa agak lebih ramai.
- Parkir motor/mobil: untuk ukuran tempat wisata, parkir motor dan mobil cukup luas dan memang disediakan khusus untuk pelanggan. Kalau kamu datang dengan mobil keluarga, tetap terasa nyaman untuk turun-naik tanpa harus buru-buru.
- Sudah berdiri sejak kapan? Untuk detail tahun berdirinya, saya tidak mendapat jawaban pasti. Yang jelas, dari cara mereka mengatur alur tur dan area duduk, terasa bahwa ini bukan tempat yang baru dibuat kemarin. Alurnya sudah cukup “matang”.
- Waktu menunggu pesanan: tray tasting dan minuman lain yang saya pesan datang di rentang 10–20 menit. Di sela waktu ini, kamu bisa jalan sedikit ke sisi lain area duduk atau sekadar menikmati view.
- Durasi kunjungan: kalau kamu tipe yang suka foto dan duduk santai, siapkan waktu sekitar 45–60 menit. Kurang dari itu rasanya agak sayang, karena kamu belum sempat menikmati suasana dengan tenang.
Ngobrol Singkat dengan Karyawan Bali Pulina
Saya sempat ngobrol sebentar dengan salah satu staf yang mendampingi grup kami. Dari beberapa pertanyaan sederhana, inilah rangkuman jawaban yang mungkin berguna buat kamu:
- Single origin favorit pengunjung
Menurut mereka, banyak pengunjung yang tertarik dengan kopi arabika dari dataran tinggi Bali yang punya rasa lebih cerah dan sedikit fruity. Biasanya, varian inilah yang paling sering direkomendasikan untuk kamu yang baru mulai mencicipi kopi Bali. - Proses kopi luwak di sini seperti apa?
Staf menjelaskan garis besar proses kopi luwak: mulai dari pemilihan buah kopi, peran luwak, hingga tahap pencucian dan pengolahan biji setelah keluar dari sistem pencernaan hewan tersebut. Mereka menekankan soal kebersihan dan proses lanjutan seperti roasting yang tetap menentukan karakter akhir rasa. - Ada paket tur apa saja?
Untuk paket tur, bentuknya lebih ke tur singkat keliling kebun plus sesi penjelasan. Biasanya pengunjung diajak melihat beberapa jenis tanaman, diberi penjelasan soal kopi dan rempah, lalu ditutup dengan sesi tasting di area kafe. Cocok buat kamu yang ingin pengalaman ringan, bukan tur teknis yang terlalu serius. - Toko oleh-oleh di area mana?
Di bagian akhir alur kunjungan, ada area toko oleh-oleh yang menjual berbagai produk kopi dan olahan lain. Menurut staf, banyak tamu memilih membeli kopi yang tadi mereka suka saat sesi tasting. Jadi kalau kamu sudah menemukan varian favorit, tinggal dicari di rak toko.
Ngobrol seperti ini menurut saya penting untuk menambah konteks. Kamu jadi tidak sekadar “minum kopi di tempat bagus”, tapi juga sedikit lebih paham apa yang kamu bawa pulang—baik dalam bentuk cerita maupun biji kopi.
Biar Ada Pembanding: Bali Pulina vs Alas Harum Coffee
Di kawasan Tegallalang dan sekitarnya, Alas Harum Coffee sering disebut sebagai salah satu pilihan lain untuk wisata kopi dan agrowisata. Jadi wajar kalau kamu bertanya: “Mending ke Bali Pulina atau ke sana?”
Berikut komparasi ringkas dari sudut pandang saya, tanpa menjatuhkan salah satu:
- Suasana dan view
Keduanya sama-sama menawarkan pemandangan hijau khas Tegallalang. Bali Pulina terasa sedikit lebih fokus pada suasana tenang dan edukasi kopi, sementara tempat lain bisa punya tambahan aktivitas lain yang lebih “ramai”. - Fokus pengalaman
Di Bali Pulina, highlight-nya menurut saya ada pada tasting flight dan penjelasan singkat soal kopi dan tanaman lain. Kalau kamu memang datang dengan niat belajar dan mencicipi beberapa jenis minuman, format ini terasa pas. - Kesan pribadi
Untuk itinerary Day 10 – Ubud – Siang edukasi kopi, saya merasa Bali Pulina sudah menjawab kebutuhan: dapat ilmu sedikit, dapat pemandangan, dan tidak terlalu melelahkan. Kalau kamu punya waktu lebih panjang di daerah Tegallalang, baru kemudian bisa eksplor spot lain seperti Alas Harum sebagai pembanding.
Jadi bukan soal mana yang “lebih bagus”, tapi lebih ke mana yang paling cocok dengan mood dan tujuanmu hari itu.
Tips Kunjungan ke Bali Pulina
Sedikit tips praktis dari pengalaman saya, supaya kunjungan kamu ke Bali Pulina terasa lebih nyaman dan efektif:
- Datang sebelum jam ramai
Kalau memungkinkan, coba datang sedikit sebelum 10.00. Suasana masih lebih lengang, kamu bisa foto-foto dan ikut penjelasan dengan lebih leluasa. - Pilih kursi menghadap view
Saat diarahkan ke area duduk, kalau tersedia, pilih meja yang menghadap langsung ke lembah. Rasanya beda banget ketika kamu menyeruput kopi sambil menatap hijau di depan mata dibanding hanya melihat ke arah dalam. - Jangan buru-buru menghabiskan tasting flight
Cicipi pelan-pelan, mulai dari yang rasanya lebih ringan dulu. Dengan begitu, lidahmu tidak langsung “kaget” oleh kopi yang terlalu kuat di awal. - Siapkan waktu minimal 45 menit
Supaya tidak terburu-buru, alokasikan 45–60 menit. Ini cukup untuk tur singkat, foto-foto, dan duduk menikmati minuman tanpa terus melihat jam. - Bawa keluarga atau teman? Bisa banget
Buat keluarga atau teman yang mungkin tidak terlalu suka kopi, masih ada pilihan minuman lain dan teh yang lebih ringan. View yang hijau juga membuat mereka tetap bisa menikmati tempat ini meskipun bukan penggemar kafein. - Beli oleh-oleh setelah tahu yang kamu suka
Kalau tertarik beli kopi, sebaiknya tunggu sampai selesai sesi tasting. Dengan begitu, kamu bisa memilih berdasarkan varian yang benar-benar cocok di lidah, bukan sekadar karena kemasannya menarik.
Akhir dari Sesi Ngopi dan Belajar Kopi di Bali Pulina
Menutup kunjungan, saya merasa Bali Pulina adalah tempat yang layak untuk masuk itinerary Ubud, terutama kalau kamu ingin kombinasi edukasi, view, dan suasana santai dalam satu kunjungan. Bukan tipe tempat yang heboh, tapi justru di situlah poinnya: kamu bisa pelan-pelan mendengar penjelasan, mencicipi beberapa jenis minuman, dan duduk tenang di atas lembah hijau.
Sebagai travel blogger, saya suka tempat yang memberi bahan cerita lebih dari sekadar “kopinya enak”. Di sini, saya pulang dengan ingatan tentang alur tur, rasa berbeda di tiap gelas di tasting flight, dan momen ketika hening sebentar hanya untuk menikmati udara sejuk Tegallalang.
Kalau kamu sedang merencanakan hari Day 10 – Ubud – Siang edukasi kopi versi kamu sendiri, Bali Pulina bisa jadi pilihan yang solid:
Layak — edukasi, view, santai.



