Day 7 – Ubud – makan siang cepat di tengah kota. Saat itu saya lagi lapar sedang, tapi waktu benar-benar mepet di sela jalan kaki sekitaran pusat Ubud. Daripada kebingungan, saya putuskan melipir ke Warung Babi Guling Gung Cung Ubud, yang jaraknya cuma beberapa menit jalan kaki dari Ubud Palace. Begitu lihat antrean tipis di depan warung, saya langsung merasa, “Oke, ini kayaknya tempat yang tepat buat isi tenaga tanpa buang banyak waktu.”
Kenapa Saya Akhirnya Mampir ke Babi Guling Gung Cung Ubud
Saya memilih babi guling gung cung ubud karena beberapa alasan praktis: lokasinya di Jalan Suweta, sangat dekat dari pusat keramaian Ubud dan Ubud Palace, jadi enak untuk diselipkan sebagai “pit stop” makan siang di tengah city walk. Warung ini juga dikenal dengan porsi yang padat dan sambal yang pedasnya berani — cocok dengan ekspektasi saya yang pengin makan secukupnya tapi tetap “nendang”
Selain itu, banyak ulasan yang bilang tempat ini cukup cepat dalam menyajikan pesanan, walaupun ramai saat jam makan siang. Ada area duduk di lantai atas seperti teras atap, dengan view ke arah pura dan suasana kota Ubud yang lalu-lalang. Buat saya, kombinasi “cepat, padat, tapi tetap ada ambience Ubud” ini yang bikin akhirnya saya pilih Gung Cung dibanding warung lain hari itu.
Baca juga : Ngadem Sore di Gaya Gelato Ubud: Pendinginan Manis Bareng Anak

Pengalaman Makan Babi Guling Gung Cung di Tengah Kota Ubud
Porsi Campur yang Serius Mengenyangkan
Tekstur dagingnya cenderung lembut, bagian lemaknya tipis jadi masih nyaman dimakan tanpa rasa enek berlebihan. Kulitnya renyah dengan bunyi “krek” halus ketika digigit, salah satu elemen yang bikin babi guling terasa lengkap. Lawarnya gurih dengan sayuran yang masih terasa segar, memberi kontras ke daging dan kulit yang kaya rasa.
Sambalnya? Ini bagian yang perlu kamu perhatikan. Sambal di Gung Cung punya karakter pedas lumayan tajam, bukan sekadar hangat di lidah. Setelah beberapa suap, saya bisa merasakan pedas yang naik pelan tapi mantap, pas buat kamu yang suka tantangan. Kalau kamu tipe yang kurang tahan pedas, aman banget untuk minta sambal dipisah.
Secara keseluruhan, rasa di satu piring ini seimbang: gurih, pedas, sedikit smoky dari proses panggang, plus wangi rempah khas babi guling Bali. Kuah kaldu yang disajikan terpisah membantu “mengikat” semua elemen, sekaligus bikin suapan terasa lebih hangat dan nyaman di perut.
Lihat Lokasi : Googlemaps
Tempo Pesan – Tunggu – Santap
Karena datang persis sekitar jam makan siang, saya sempat khawatir bakal menunggu lama. Ternyata prosesnya cukup bersahabat untuk jadwal yang mepet.

- Waktu menunggu pesanan: sekitar 5–10 menit, dari pesan sampai piring datang.
- Durasi saya di lokasi: kurang lebih 30–40 menit, termasuk duduk, makan dengan ritme santai, dan sedikit foto-foto piring sebelum mulai lahap.
Buat makan siang di tengah itinerary Ubud yang padat, tempo seperti ini ideal. Kamu masih punya cukup waktu untuk menikmati makanan tanpa merasa dikejar waktu, tapi juga tidak kelamaan sehingga agenda setelahnya tetap aman.
Suasana Warung dan Area Duduk di Babi Guling Gung Cung Ubud
Di jam ramai, terutama 12.00–13.30, suasananya bisa cukup penuh. Ada kombinasi tamu lokal dan wisatawan. Walau ramai, perputaran meja cukup cepat karena banyak juga yang datang untuk makan singkat lalu lanjut jalan lagi. Kalau kamu datang sendiri atau berdua, biasanya lebih mudah mendapat meja dibanding rombongan besar.
Info Praktis Buat Kamu yang Pengen Coba Babi Guling Gung Cung Ubud
Bagian ini penting banget kalau kamu tipe yang suka merencanakan kuliner dengan rapi.
- Waktu terbaik untuk makan siang: menurut pengalaman dan kondisi di lapangan, datang sekitar 11.30–12.00 itu ideal. Kamu bisa menghindari puncak keramaian tapi tetap dapat porsi yang masih lengkap dan fresh.
- Jam ramai: sekitar 12.00–13.30, antrean bisa mengular terutama untuk pesanan bungkus. Di jam ini, area makan atas juga cenderung penuh.
Intinya, kalau kamu memang mengincar makan di sini, jangan datang terlalu sore, karena konsepnya jelas “buka sampai habis”, bukan sampai jam tertentu.
Ngobrol Singkat dengan Karyawan Babi Guling Gung Cung Ubud
Sambil menunggu, saya sempat ngobrol sebentar dengan salah satu karyawan di belakang meja saji. Ini rangkuman jawaban mereka untuk beberapa pertanyaan yang mungkin juga kamu punya:
- “Kalau tidak terlalu kuat pedas, bisa dikurangi?”
Mereka bilang, bisa banget. Kamu bisa minta sambal dipisah, atau minta porsi sambal dibuat lebih sedikit. Ini solusi aman buat yang ingin tetap coba babi guling tanpa “kepanasan” di tengah makan. - “Parkirnya paling enak di sisi mana?”
Untuk motor, biasanya diarahkan ke sisi jalan yang sama dengan warung, agak rapat berderet di depan. Untuk mobil, karyawan menyarankan cari spot kosong di sepanjang Jalan Suweta dan jangan parkir sembarangan di tikungan agar tidak mengganggu lalu lintas yang cukup ramai.
Obrolan singkat seperti ini selalu membantu, karena kamu dapat gambaran lebih realistis daripada hanya mengandalkan foto atau review online.
Dibanding Ibu Oka, Apa Bedanya?
Di Ibu Oka, kamu akan bertemu suasana yang sangat ikonik dan sudah lama jadi langganan wisatawan. Banyak yang datang karena faktor “legendanya”, termasuk pernah disebut oleh berbagai media internasional.
Saya pribadi melihat Gung Cung sebagai opsi yang pas ketika kamu ingin:
- Makan siang cepat tanpa terlalu banyak drama antre panjang.
- Tetap dapat piring babi guling yang lengkap isinya.
- Duduk di tempat yang masih terasa lokal tapi cukup nyaman untuk menikmati angin siang Ubud.
Bukan soal mana yang “paling top”, tapi lebih ke mana yang paling cocok dengan ritme perjalananmu hari itu.
Tips Kunjungan Biar Makan Siangmu Lebih Santai
Supaya pengalamanmu di Babi Guling Gung Cung Ubud maksimal, ini beberapa tips dari saya:
- Datang sebelum jam makan siang puncak
Kalau memungkinkan, atur itinerary supaya kamu bisa datang sekitar 11.00–12.00. Di jam itu, pilihan bagian daging biasanya masih banyak dan suasana belum terlalu ramai. - Atur level pedas dari awal
Begitu pesan, kamu bisa langsung bilang ke staf apakah mau sambal biasa, dipisah, atau minta sedikit saja. Dengan begitu, kamu tidak perlu repot memisahkan sambal yang sudah terlanjur menyatu di piring. - Pakai pakaian yang nyaman
Ubud siang hari bisa cukup gerah, dan sambal di sini pedasnya juga serius. Pakaian yang adem dan nyaman akan bikin pengalaman makanmu lebih enak, terutama kalau kamu duduk di area rooftop yang terbuka. - Perhatikan jadwal jalan kaki di sekitar Ubud
Karena lokasinya dekat dengan Ubud Palace dan area pertokoan, Gung Cung mudah sekali diselipkan di antara kunjungan ke pura, pasar seni, atau sekadar window shopping di deretan butik dan galeri. Rencanakan rute jalan kaki supaya kamu tidak bolak-balik arah. - Untuk yang bawa anak
Kalau kamu bawa keluarga, terutama anak, pertimbangkan soal pedas. Kamu bisa pesan porsi untuk orang dewasa dengan sambal terpisah, lalu bagi sedikit daging dan nasi yang tidak terkena sambal untuk anak. Kuah kaldu hangat biasanya cukup bersahabat di lidah mereka.
Jadi Wajib Coba Babi Guling Gung Cung Ubud Nggak, Nih?
Kalau saya rangkum, makan siang di Warung Babi Guling Gung Cung Ubud itu rasanya seperti menemukan “pit stop” yang tepat di tengah padatnya jadwal eksplor Ubud. Porsinya padat, sambalnya pedas, dan servisnya cepat — tiga hal yang pas dengan kebutuhan saya di Day 7 yang waktunya serba terbatas.
Dengan lokasi strategis di tengah kota, jarak yang dekat dari Ubud Palace, serta tempo penyajian yang termasuk gesit, saya bisa bilang tempat ini layak kamu masukkan ke list kuliner Ubud, terutama kalau kamu sedang mencari babi guling untuk makan siang.
Jadi, menjawab pertanyaan “Wajib nggak, sih?” — menurut saya LAYAK banget untuk dicoba, apalagi kalau kamu:
- Suka porsi yang padat dan serius mengenyangkan,
- Suka sambal yang pedas dan berkarakter,
- Butuh tempat makan siang yang cepat dan praktis di tengah eksplor kota Ubud.
Sisanya tinggal kamu sesuaikan dengan jadwal dan toleransi pedas kamu sendiri. Tapi kalau lagi di Ubud dan ada waktu siang sedikit longgar, melipir ke Babi Guling Gung Cung jelas bukan keputusan yang akan kamu sesali.



