Saya keluar area parkir GWK dengan perut bernyanyi keras. Siang bolong, keringat menetes, dan kepala sudah terbayang satu menu: ayam betutu, khas yang wajib kamu cari saat di Bali. Tujuannya jelas: Ayam Betutu Khas Gilimanuk (Sunset Road)—tempat nyaman untuk makan siang yang bumbunya serius, bukan sekadar numpang pedas.
Baca Juga : Rekomendasi Wisata Di Magelang
Untuk Lokasi : Google Maps
Kenapa Saya Datang
Kuta sedang ramai, dan saya butuh satu piring yang kaya bumbu dengan level pedas yang bisa disesuaikan. Titik plusnya: lokasinya strategis di Sunset Road dengan area parkir luas, jadi tidak perlu drama putar-putar. Di kepala, ekspektasi saya sederhana: daging empuk, rempahnya menembus serat, dan sambal yang bisa saya atur sendiri supaya tetap nyaman untuk keluarga.

Pengalaman Makan: Dari Pesan sampai Suapan Pertama
Begitu duduk, saya langsung pesan set menu ayam betutu. Waktu tunggu di sini 10–15 menit—cukup cepat untuk jam makan siang, masih memberi ruang bagi kamu menyiapkan minum dan nasi. Pelayan menanyakan tingkat pedas yang diinginkan; ini penting kalau kamu membawa anak atau tidak terlalu tahan pedas.
Sajian datang dengan tata letak rapi: potongan ayam yang tampak basah oleh bumbu, daun singkong, sambal, dan kuah kaldu hangat. Begitu disendok, aroma kunyit, serai, dan lengkuas naik duluan. Suapan pertama terasa berlapis: ada gurih kaldu, pedasnya menyusul pelan, lalu aftertaste rempah yang menetap di langit-langit mulut. Teksturnya empuk—serat ayamnya rapi dan mudah terlepas dari tulang. Untuk saya, siang memang waktu paling pas menyantapnya: panas matahari bertemu panas bumbu; keringat sedikit keluar, tapi ada rasa puas yang susah digantikan.
Daun singkongnya tidak overcooked, masih ada gigitan, dan berpadu enak dengan kuah. Sambal disajikan terpisah, jadi bebas atur komposisi. Nasi putih hangat jadi media netral yang menenangkan lidah di antara rempah. Dalam 40–60 menit di lokasi, ritmenya terasa pas: pesan, tunggu sebentar, makan tenang tanpa buru-buru, selesai sebelum kantuk menyerang.

Informasi Praktis (Biar Kamu Datang di Waktu Tepat)
- Waktu ramai: 12.00–14.00 (kalau datang di rentang ini, siap-siap antre ringan, tapi rotasinya cukup cepat).
- Parkir motor/mobil: Luas (pelanggan); salah satu kenyamanan di Sunset Road.
- Sejak: ±1976—pengalaman panjang mengolah bumbu ini terasa di piring.
Ngobrol Singkat dengan Karyawan (Ringkas & Manfaat)
- Pedas bisa diatur? Bisa. Pilih pedas sedang kalau kamu ingin rempah lebih menonjol, atau pedas rendah untuk anak.
- Porsi set ada? Ada set ayam (per porsi atau ekor), lengkap dengan pendamping. Praktis untuk rombongan.
- Sambal terpisah? Ya, sambal diwadahkan sendiri agar mudah disesuaikan.
- Tips bawa pulang? Minta bumbu dipisah dan kuah terpisah. Untuk perjalanan jauh, pilih kemasan vakum agar rasa tetap solid.
Komparasi Ringkas: vs Betutu Ibu Nia
Kalau kamu sudah pernah ke Betutu Ibu Nia, perbandingan yang terasa di sini adalah profil bumbu. Di Sunset Road ini, aroma rempahnya tegas dan kuahnya memberi rasa gurih yang mendalam. Betutu Ibu Nia cenderung nyaman di lidah dengan pedas yang lebih ramah untuk pemula. Keduanya sama-sama layak dicoba—pilih sesuai preferensi: kamu suka rempah agak “menyengat” atau yang lebih halus.

Tips Kunjungan (Supaya Makanmu Lancar)
- Datang sebelum jam ramai (sekitar 11.15–11.45) agar duduk cepat dan pesanan segera masuk.
- Mulai dari pedas sedang dulu. Kalau kurang, tambah sambal sedikit-sedikit sampai titik nikmatmu ketemu.
- Pilih set menu kalau makan keluarga—lebih hemat dan komposisinya seimbang.
- Untuk anak, minta sambal dan kuah dipisah; biar mereka tetap bisa menikmati daging empuk tanpa kepedasan berlebih.
- Takeaway jauh? Minta bumbu dan kuah dipisah, gunakan kemasan vakum, dan simpan di suhu aman sebelum dipanaskan kembali.
- Minum pendamping: es jeruk atau teh tawar hangat cocok menyeimbangkan bumbu.
- Waktu makan siang panas-panas justru memperkuat sensasi rempah. Siapkan tisu!
Sedikit Tentang Rasa: Detail yang Bikin Kangen

Yang saya suka di piring ini adalah keseimbangan. Bukan pedas yang asal menyengat, melainkan pedas yang mengawal rasa gurih. Kunyit memberi warna dan aroma, serai menghadirkan segar samar, sementara lengkuas dan daun jeruk mengikat rasa agar tidak datar. Di akhir, ada aftertaste hangat—sensasi nyaman yang menetap tapi tidak menusuk. Tekstur dagingnya juicy untuk bagian paha, sementara bagian dada tetap moist karena terlapisi bumbu. Kuahnya bukan sekadar pelengkap—dia memperpanjang jejak rasa tiap kali kamu menyendok nasi.
Layanan & Alur Pesan
Pelayanannya lugas: duduk, pilih menu, tentukan tingkat pedas, minuman, lalu konfirmasi porsi. 10–15 menit kemudian, piring datang lengkap. Saat ramai, beberapa meja mungkin menunggu sedikit lebih lama, tapi turnover-nya terjaga. Karyawan sigap menjelaskan beda porsi set dan saran untuk keluarga—membantu sekali untuk pengunjung pertama.
Atmosfer & Kenyamanan
Ruangannya terang, sirkulasi oke, dan parkir mudah membuat pengalaman makan siang terasa ringan. Di jam puncak, suara obrolan dan denting peralatan makan memang ramai, tetapi justru itu yang memberi nuansa “warung ramai yang hidup”—khas tempat makan favorit lokal.
Budget & Nilai
Porsi dan kedalaman rasa sepadan dengan harga. Kalau kamu makan bertiga atau berempat, set menu lebih bernilai. Selain menghemat, kamu juga mendapatkan pendamping yang melengkapi—bukan sekadar nasi dan ayam.
Siapa yang Cocok Makan di Sini?
- Keluarga yang ingin makan siang khas Bali dengan pedas terkendali.
- Traveler yang mengutamakan akses mudah dan waktu makan efisien sebelum lanjut aktivitas.
- Pencinta rempah yang mencari rasa tegas tapi berimbang, bukan sekadar pedas.
Jadi Wajib Nggak Nih?
Wajib. Tiga alasannya: rempah menonjol tapi rapi, daging empuk, dan rasa khas yang konsisten. Untuk siang di Kuta, terutama seusai GWK, tempat ini menjawab lapar dengan cara yang benar: serius di bumbu, fleksibel di pedas, cepat di saji.



