Pagi di Pasar Ubud: Kamera di Tangan, Perut Masih Setengah Lapar
Day 10 – Ubud – pagi itu saya sudah siap keliling pasar dengan kamera di tangan. Udara masih agak sejuk, tapi aroma bumbu, kopi, dan kue tradisional sudah naik dari sudut-sudut Pasar Ubud. Perut sebenarnya belum terlalu lapar, cuma butuh sarapan ringan sambil cari jajanan untuk anak. Di tengah riuh penjual sayur dan buah, saya berhenti di satu meja penuh kue warna-warni: Jaje Bali di Pasar Ubud.
Kamu yang suka jajan manis atau gurih tipis-tipis sebelum aktivitas, suasana seperti ini rasanya pas banget. Anak bisa pilih kue yang menarik di mata mereka, sementara kita bisa mencicipi sedikit banyak rasa Bali dalam satu piring kecil. Semua masih terasa membumi: sederhana, hangat, tanpa dibuat-buat.
Baca Juga : Rekomendasi Wisata Di Magelang

Kenapa Saya Niat Banget Cari Jajanan Bali di Pasar Ubud?
Saya datang ke Jaje Bali di Pasar Ubud dengan ekspektasi sederhana: sarapan yang enteng di perut dan ramah di kantong. Di Ubud, kafe-kafe cantik memang menggoda, tapi pagi di pasar selalu punya daya tarik lain. Di sini, saya ingin merasakan sisi Bali yang lebih tradisional dan dekat dengan keseharian warganya.
Kelebihan Jaje Bali di Pasar Ubud ini ada di dua hal yang terasa jelas:
- Tradisional – Dari tampilan kue, cara menata di tampah, sampai cara penjual membungkus, semuanya terasa apa adanya. Bukan versi “instagramable berlebihan”, tapi versi yang memang dimakan orang lokal setiap hari.
- Murah – Untuk ukuran Ubud yang banyak turis, jajanan di sini relatif bersahabat. Kamu bisa coba beberapa jenis kue tanpa harus mikir panjang soal harga.
Buat saya, ini kombinasi ideal: bisa bawa anak jajan, bisa foto-foto suasana pasar, dan tetap punya ruang di perut untuk kuliner lain di jam berikutnya.
Lihat Lokasi : Google Maps

Pengalaman Sarapan di Jaje Bali – Dari Rasa Sampai Ritme Pagi
Rasa dan Tekstur: Manis, Gurih, dan Kenyal yang Bikin Susah Berhenti
Karena konsepnya sarapan ringan, saya memilih beberapa potong kue saja. Umumnya jajanan Bali bermain di kombinasi manis–gurih, kelapa parut, dan tekstur kenyal atau lembut. Saat digigit pelan, kamu bisa merasakan:
- Tekstur kenyal atau lembut dari kue berbahan tepung beras atau ketan
- Aroma santan dan gula merah yang tidak terlalu tajam, lebih ke arah hangat dan comforting
- Kelapa parut yang memberi kontras tekstur dan kesan “fresh”, apalagi kalau baru diparut
Rasanya bukan tipe yang “menggelegar”, tapi lebih halus dan pelan-pelan bikin kamu ingin ambil satu lagi. Cocok buat pagi hari, ketika lidah belum ingin sesuatu yang terlalu heboh.
Baca Juga : Ngopi Santai di Bali Pulina: Wisata Kopi & Agrowisata di Tegallalang

Enak Dimakan Saat Pagi, Bukan Saat Sudah Terlalu Lapar
Menurut saya, jajanan di sini paling pas dimakan saat pagi, sekitar setelah jam 7 ketika pasar sudah mulai hidup. Kalau kamu datang dalam kondisi lapar berat, mungkin akan merasa butuh tambahan makanan berat setelahnya. Jadi, jadikan ini:
- Starter sebelum sarapan utama, atau
- Sarapan ringan sebelum kamu lanjut jelajah Ubud
Saya sendiri datang sekitar jam 07.30, dan ritmenya terasa enak: tidak terlalu sumpek, tapi sudah cukup ramai untuk merasakan suasana pasar.

Alur Pesan – Tunggu – Saji: Simpel dan Cukup Cepat
Sistemnya mudah dan tidak ribet: kamu tunjuk kue yang diinginkan, penjual mengisi piring atau bungkus, lalu menghitung total. Untuk keseluruhan proses, waktu tunggu:
- Waktu menunggu pesanan: sekitar 5–10 menit, tergantung seberapa banyak kamu memilih dan seberapa ramai antrean kecil di depanmu.
Karena jajanan sudah siap saji, tidak ada proses masak yang lama. Waktu lebih banyak habis untuk memilih, tertarik ini, penasaran itu, sambil menyesuaikan dengan selera anak.
Durasi di Lokasi: Cukup untuk Sarapan dan Foto-Foto
Secara total, saya menghabiskan sekitar 30–40 menit di area Jaje Bali ini. Cukup untuk:
- Memilih beberapa jajanan
- Mengajak anak pilih kue favorit mereka
- Foto suasana pasar dan tampilan kue di meja
- Menikmati beberapa potong kue di sudut yang agak tenang
Buat kamu yang punya itinerary padat, durasi ini masih sangat aman diselipkan di antara aktivitas pagi.

Informasi Praktis: Jam Ramai, Parkir, dan Hal Lain yang Perlu Kamu Tahu
Supaya kamu bisa mengatur ekspektasi dan jadwal, berikut beberapa hal praktis yang menurut saya penting:
Jam Ramai dan Waktu Terbaik Datang
- Jam ramai utama: sekitar 07.00–09.00
Di jam ini, aliran pengunjung pasar cukup deras. Ada wisatawan, ada juga warga lokal yang belanja kebutuhan harian sambil jajan.
Kalau kamu ingin:
- Suasana lebih hidup → datang sekitar jam 7–8 pagi
- Sedikit lebih santai → datang mendekati jam 9, tapi risiko beberapa jenis jajanan mulai menipis

Parkir Motor/Mobil: Mengandalkan Area Pasar
Parkir di sekitar Pasar Ubud umumnya mengandalkan area pasar dan lahan parkir sekitar. Bukan resto dengan parkiran khusus yang super lega, tapi:
- Untuk motor, relatif lebih fleksibel
- Untuk mobil, perlu sedikit lebih sabar, terutama saat jam ramai
Saran saya, kalau kamu datang dengan mobil dan ingin santai, pertimbangkan datang lebih pagi supaya tidak terlalu pusing cari tempat parkir.
Sudah Berdiri Sejak Kapan?
Untuk satu lapak Jaje Bali ini, informasinya tidak selalu tertulis jelas dan tidak semua penjual mencantumkan tahun mulai jualan. Dari kesan dan cara mereka melayani, saya menangkap nuansa “bukan pemain baru”, tapi karena tidak ada data pasti, saya memilih tetap netral dan tidak menyebut tahun tertentu.
Intinya, ini tipe lapak yang terasa sudah menyatu dengan ritme pasar, bukan tenant musiman.

Ngobrol Sebentar dengan Penjual: Cerita di Balik Meja Jajanan
Saya sempat ngobrol singkat dengan penjual, dengan empat pertanyaan sederhana yang biasanya saya tanyakan saat kulineran di pasar. Berikut rangkumannya:
- Kue paling laris apa?
Katanya, jajanan yang bertekstur kenyal dan berbalut kelapa parut biasanya paling cepat habis. Banyak pelanggan datang khusus mencari kue seperti itu untuk sarapan keluarga. - Bahan biasanya habis jam berapa?
Mereka bilang, kalau sedang ramai, beberapa jenis kue bisa mulai habis sebelum jam 9. Karena itu, pagi-pagi adalah waktu paling aman kalau kamu ingin pilihan masih lengkap. - Halal atau tidak?
Bahan dasar jajanan di sini umumnya dari tepung, santan, gula, dan kelapa. Untuk kamu yang mencari opsi halal, penjual menyebut jajanan yang mereka jual disiapkan dengan bahan-bahan tersebut. Kalau kamu sangat strict soal kehalalan, tetap lebih baik bertanya langsung lagi dan pilih yang kamu rasa paling nyaman. - Bungkus praktis untuk dibawa jalan?
Mereka menyediakan bungkus yang cukup praktis, jadi kamu bisa minta take away untuk dibawa jalan atau dimakan di penginapan. Cocok kalau kamu ingin stok camilan buat anak sepanjang pagi.
Ngobrol singkat seperti ini bukan cuma menambah informasi, tapi juga bikin pengalaman makin hangat. Kamu merasa tidak sekadar jadi pembeli, tapi juga tamu yang disambut.

Jaje Bali vs Pasar Gianyar Pagi: Beda Suasana, Bukan Pertarungan
Kalau bicara jajanan tradisional Bali, nama Pasar Gianyar pagi sering ikut disebut. Bukan untuk dibandingkan secara keras, tapi lebih sebagai referensi suasana berbeda.
- Di Jaje Bali – Pasar Ubud, kamu dapat:
- Lokasi yang sangat strategis untuk wisatawan yang menginap di Ubud
- Suasana pasar yang bercampur antara lokal dan turis
- Kesan lebih “ringkas”, cocok buat kamu yang hanya punya sedikit waktu
- Di Pasar Gianyar pagi, banyak orang bercerita tentang:
- Pilihan jajanan yang lebih luas dan lebih “lokal” feel
- Suasana pasar yang cenderung lebih rapat dan sibuk, khas kota kabupaten
Menurut saya, dua-duanya punya tempat masing-masing. Kalau kamu menginap di Ubud dan ingin sesuatu yang praktis, Jaje Bali di Pasar Ubud sudah sangat layak dicoba. Kalau suatu hari kamu punya waktu ekstra dan ingin eksplor lebih dalam, barulah agendakan Pasar Gianyar pagi.
Bukan soal mana yang “lebih juara”, tapi mana yang paling cocok dengan jadwal dan energi kamu hari itu.

Tips Datang ke Jaje Bali – Pasar Ubud Biar Sarapan Makin Lancar
Supaya kunjungan kamu terasa lebih mulus, beberapa tips ini bisa kamu pertimbangkan:
1. Datang di Rentang 07.00–09.00
Ini waktu ketika:
- Pilihan jajanan masih cukup lengkap
- Suasana pasar sudah hidup tapi belum terlalu pengap
- Foto-foto dengan cahaya alami masih bagus
Kalau datang setelah itu, risiko beberapa jajanan favorit mulai menipis.
2. Bawa Uang Tunai Kecil
Meskipun kadang ada penjual yang sudah familiar dengan pembayaran non-tunai, jajanan pasar seperti ini tetap paling aman dibayar dengan:
- Uang tunai pecahan kecil
- Siapkan nominal yang mudah untuk transaksi cepat
Ini mempercepat antrean dan memudahkan penjual.
3. Ajak Anak Ikut Memilih
Kalau kamu datang bersama anak, biarkan mereka:
- Memilih satu atau dua jajanan yang mereka suka
- Belajar melihat warna dan bentuk makanan tradisional
- Merasakan suasana pasar yang mungkin jarang mereka temui di kota besar
Ini bisa jadi pengalaman kecil yang menyenangkan buat mereka.
4. Jangan Lupa Cicip Sedikit Dulu
Karena tiap orang punya preferensi manis dan gurih yang berbeda, saya sarankan:
- Beli sedikit dari beberapa jenis jajanan
- Cicip di sudut yang agak tenang
- Kalau cocok, baru tambahkan lagi untuk dibawa ke penginapan
Dengan cara ini, kamu tidak berakhir membawa terlalu banyak jajanan yang ternyata kurang sesuai selera.
5. Atur Waktu dengan Itinerary Ubud
Karena kamu hanya butuh 30–40 menit di area ini, Jaje Bali di Pasar Ubud sangat mudah diselipkan sebelum:
- Jalan-jalan ke museum atau galeri
- Jalan kaki keliling pusat Ubud
- Mengunjungi pura atau titik wisata lainnya
Sarapan ringan di pasar bisa jadi pembuka hari yang menyenangkan sebelum aktivitas utama.
Jadi Wajib Nggak, Sih, Sarapan Jajanan Bali di Pasar Ubud?
Buat saya pribadi, Jaje Bali di Pasar Ubud ini LAYAK kamu masukkan ke daftar kuliner pagi saat liburan di Ubud. Alasannya sederhana:
- Enak – Bukan enak yang berlebihan, tapi enak dengan cara yang jujur dan apa adanya. Manis yang tidak berisik, tekstur yang nyaman di mulut, cocok untuk memulai hari.
- Nyaman – Meski namanya pasar, kamu masih bisa menemukan sudut-sudut yang cukup tenang untuk menikmati jajanan sebentar. Proses pilih–bayar–bungkus juga terasa ringkas.
- Tenang – Ada ritme khas pagi hari yang menenangkan. Di tengah kesibukan pasar, selalu ada momen kecil ketika kamu menunggu sambil melihat orang-orang lokal menjalani rutinitas.
Kalau kamu tipe yang suka melihat sisi “asli” dari sebuah kota, bukan hanya versinya yang sudah dikurasi kafe dan restoran, sarapan ringan di Jaje Bali – Pasar Ubud adalah langkah kecil yang tepat. Tidak butuh waktu lama, tidak butuh budget besar, tapi meninggalkan kesan yang hangat.
Jadi, kalau suatu hari kamu ada di Ubud di hari ke sekian itinerary, coba sisihkan pagi buat keliling pasar dengan kamera, sambil mencari jajanan untuk anak dan diri sendiri. Siapa tahu, dari satu piring kecil jajanan Bali inilah kamu merasa makin dekat dengan Ubud.Thinking



